Alhamdulillah, sujud syukur kita kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala. Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad shallallaahu’alaihi wa salam keluarga, para sahabat dan kaum muslimin yang berpegang teguh pada sunnahnyasampai hari kebangkitan kelak.
Pada kesempatan kali ini kami ingin mengajak saudaraku sekalian untuk berinstropeksi diri. Kita semua tahu, bukan merupakan rahasia lagi bahwa telah tercemarnya dunia pendidikan kita dikarenakan banyak sekali terjadi kecurangan ddalm dunia pendidikan. Padahal Rasulullah shallallaahu’alaihi wa salam telah bersabda: “..dan barang siapa berbuat curang terhadap kami maka ia tidak termasuk golongan kami.” (HR. Muslim). Dalam hadits diatas Rasulullah shallallaahu’alaihi wa salam telah melarang kita berbuat curang dalam ujian!, entah itu dalam sekolah atau ujian dalam mencari pekerjaan, sudah sepatutnya kita sebagai seorang muslim tidak melakukan hal-hal semacam itu dan sekuat mungkin untuk menjauhinya.
Selanjutnya, nasihat kami kepada saudara-saudaraku dan terlebih-lebih kepada para penuntut ilmu untuk dapat menjauhi kecurangan. Karena, perlu diketahui bahwa kita menuntut ilmu ini tidak lalin hanyalah untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala ,[...] untuk menghilangkan kebodohan pada diri kita, keluarga kita, dan untuk menghilangkan kebodohan umat manusia yang ada di muka bumi ini, serta dalam rangka menciptakan generasi yang shalih dan sukses!, lalu apa gunanya kalau kita belajar selama berpuluh-puluh tahun lamanya akan tetapi kita tidak mendapat kesuksesan, kebanggaan serta ketenangan batin dengan hasil yang memuaskan. Lalu, apakah yang dimaksud dengan kesuksesan, kebanggaan serta ketenagan batin dengan hasil yang memuaskan itu adalah dengan didapatnya nilai yang bagus, tinggi, atau dengan gelar yang berentetan di depan dan di belakang nama kita??!!, terlebih-lebih didapat dengan menghalalkan segala cara!. Demi Allah itu bukanlah maksud dari keberhasilan yang sesungguhnya. Keberhasilan yang sesungguhnya adalah keberhasilan menahan diri dari berbuat curang untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.
Untuk menciptakan generasi yang shalih dan sukses memerlukan adanya kesadaran diri dari masing-masing pribadi itu sendiri, yaitu:
Yang pertama adlah orangtua agar selalu memberikan perhatian yang positif,yaitu dangan menanamkan pribadi yang beragama yang lurus dan mantap. Karena orang tua tidak hanya bertanggung jawab atas anaknya adi dunia saja, akan tetapi di akhirat kelak dan ini semua dipertanggung jawabkan dihadapan Allah subhanahu wa ta’ala.
Yang kedua adalah para guru yang telah diberi kepercayaan untuk memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat, serta mencetak generasi yang shalih. Bukan malah memberikan jawaban disaat ujian!.
Dan yang ketiga adalah saudara-saudaraku yang masih dapat mengenyam dan merasakan nikmatnya menuntut ilmu agar tidak berbuat curang. Entah itu mencontek ataupun memberikan jawaban kepada temannya disaat ujian.
Apalah guna jika kita mendapatkan sesuatu yang kita impikan dari hasil mencuri, yaitu apalah artinya jika kita mendapat nilai yang tinggi akan tetapi dari perbuatan curang. Lebih baik makan mendoan dari hasil perasan keringat kita sendiri daripada makan daging ayam tapi hasil curian. Lebih baik nilai pas-pasan walaupun harus nglembur semalam suntuk dalam belajar daripada nilai bagus tapi nyontek!. Dimana letak kebanggaannya?!. Rasulullah bersabda , yang artinya:”Setiap kalian semua adalah pemimpin , dan masing-masing bertanggung jawab atas semua yang dipimpinnya”.(Muttafaq Alaihi). Yaitu orang tua bertanggung jawab atas keluarga dan anak-anaknya, sebagai mana Allah berfirman, yang artinya: “ Wahai orang-orang yang beriman , peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”(QS.At-tahrim:6). Begitu juga para pengajar atau para guru akan dimintai pertanggung jawaban atas murid-muridnya yang telah mengambil ilmu darinya, serta selanjutnya sertiap orang akan dimintai pertanggung jawaban atas dirinya sendiri.
Kemuliaan dan keberhasilan seseorang bukanlah dilihat dari pangkat, gelar, harta, rupa, akan tetapi dari tingkat ketaqwaan seseorang itu sendiri. Sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman , yang artinya: ”Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah yang pa,ing takwa diantara kamu.” (Al-Hujarat: 13). Dengan apa seorang penuntut ilmu mendapatkan kemuliaan? Yaitu dengan bertaqwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala serta berusaha dan sungguh-sungguh.
Dengan demikian tidak sepatutnya para penuntut ilmu melakukan kecurangan. Karena dengan menuntut ilmu Allah subhanahu wa ta’ala memudahkan jalan kita menuju surga-Nya.”(HR.Muslim).
Diantara cara-cara agar kita dapat terjauh dari sifat curabg yaitu:
Banyak mengingat Allah subhanahu wa ta’ala akan pengawasanya, bahwasanya Allah maha mengetahui atas apa-apa yang yang dilakukan oleh para hamba-Nya. Allah berfirman: “Dan ketahuilah sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha mengetahui.” (Al-Baqarah:244).
Selalu membiasakan diri untuk berbuat jujur, banyak memikirkan tentang cita-cita agar dapat memberikan semangat pada diri kita.
Selanjutnya bagi para guru agar banyak memberikan wawasan agama yang benar serta menambahkan aqidah yang lurus!, karena sungguh sangat disayangkan bahwa pada zaman sekarang sangat sedikit sekali penerapan dan penanaman agama pada diri para murid dan lebih mengutamakan pengetahuan umum. Bukan berarti ilmu umum itu tidak penting, akan tetapi ilmu agama sudah selayaknya lebih diutamakan. Dengan agama yang baik kita dapat membedakan antara ilmu yang baik dan ilmu yang buruk, dan dengan agama yang lurus akan menciptakan generasi yang bertanggung jawab dan tangguh dimasa yang akan datang, yaitu generasi yang tidak mengenal kata curang dalam berilmu dan beramal.
Mari kita bersama-sama membangun generasi yang sukses dengan sebenar-benarnya kesuksesan dan mari bersama-sama kita membuang jauh kebodohan. Yaitu dengan betawakal dan berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala seta bersungguh-sungguh dalam beramal . Dengan demikian kita dapat melumpuhkan sifat-sifat curang yang ada pada diri kita.
Allahu a’lamu bil haq.
Maroji’:
-Al-Qur’an Al Karim
-100 Hadits popular untuk hafalan
-bimbingan islam untuk pribadi dan masyarakat
(Buletin Al-Fawaid edisi 177)
Pada kesempatan kali ini kami ingin mengajak saudaraku sekalian untuk berinstropeksi diri. Kita semua tahu, bukan merupakan rahasia lagi bahwa telah tercemarnya dunia pendidikan kita dikarenakan banyak sekali terjadi kecurangan ddalm dunia pendidikan. Padahal Rasulullah shallallaahu’alaihi wa salam telah bersabda: “..dan barang siapa berbuat curang terhadap kami maka ia tidak termasuk golongan kami.” (HR. Muslim). Dalam hadits diatas Rasulullah shallallaahu’alaihi wa salam telah melarang kita berbuat curang dalam ujian!, entah itu dalam sekolah atau ujian dalam mencari pekerjaan, sudah sepatutnya kita sebagai seorang muslim tidak melakukan hal-hal semacam itu dan sekuat mungkin untuk menjauhinya.
Selanjutnya, nasihat kami kepada saudara-saudaraku dan terlebih-lebih kepada para penuntut ilmu untuk dapat menjauhi kecurangan. Karena, perlu diketahui bahwa kita menuntut ilmu ini tidak lalin hanyalah untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala ,[...] untuk menghilangkan kebodohan pada diri kita, keluarga kita, dan untuk menghilangkan kebodohan umat manusia yang ada di muka bumi ini, serta dalam rangka menciptakan generasi yang shalih dan sukses!, lalu apa gunanya kalau kita belajar selama berpuluh-puluh tahun lamanya akan tetapi kita tidak mendapat kesuksesan, kebanggaan serta ketenangan batin dengan hasil yang memuaskan. Lalu, apakah yang dimaksud dengan kesuksesan, kebanggaan serta ketenagan batin dengan hasil yang memuaskan itu adalah dengan didapatnya nilai yang bagus, tinggi, atau dengan gelar yang berentetan di depan dan di belakang nama kita??!!, terlebih-lebih didapat dengan menghalalkan segala cara!. Demi Allah itu bukanlah maksud dari keberhasilan yang sesungguhnya. Keberhasilan yang sesungguhnya adalah keberhasilan menahan diri dari berbuat curang untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.
Untuk menciptakan generasi yang shalih dan sukses memerlukan adanya kesadaran diri dari masing-masing pribadi itu sendiri, yaitu:
Yang pertama adlah orangtua agar selalu memberikan perhatian yang positif,yaitu dangan menanamkan pribadi yang beragama yang lurus dan mantap. Karena orang tua tidak hanya bertanggung jawab atas anaknya adi dunia saja, akan tetapi di akhirat kelak dan ini semua dipertanggung jawabkan dihadapan Allah subhanahu wa ta’ala.
Yang kedua adalah para guru yang telah diberi kepercayaan untuk memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat, serta mencetak generasi yang shalih. Bukan malah memberikan jawaban disaat ujian!.
Dan yang ketiga adalah saudara-saudaraku yang masih dapat mengenyam dan merasakan nikmatnya menuntut ilmu agar tidak berbuat curang. Entah itu mencontek ataupun memberikan jawaban kepada temannya disaat ujian.
Apalah guna jika kita mendapatkan sesuatu yang kita impikan dari hasil mencuri, yaitu apalah artinya jika kita mendapat nilai yang tinggi akan tetapi dari perbuatan curang. Lebih baik makan mendoan dari hasil perasan keringat kita sendiri daripada makan daging ayam tapi hasil curian. Lebih baik nilai pas-pasan walaupun harus nglembur semalam suntuk dalam belajar daripada nilai bagus tapi nyontek!. Dimana letak kebanggaannya?!. Rasulullah bersabda , yang artinya:”Setiap kalian semua adalah pemimpin , dan masing-masing bertanggung jawab atas semua yang dipimpinnya”.(Muttafaq Alaihi). Yaitu orang tua bertanggung jawab atas keluarga dan anak-anaknya, sebagai mana Allah berfirman, yang artinya: “ Wahai orang-orang yang beriman , peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”(QS.At-tahrim:6). Begitu juga para pengajar atau para guru akan dimintai pertanggung jawaban atas murid-muridnya yang telah mengambil ilmu darinya, serta selanjutnya sertiap orang akan dimintai pertanggung jawaban atas dirinya sendiri.
Kemuliaan dan keberhasilan seseorang bukanlah dilihat dari pangkat, gelar, harta, rupa, akan tetapi dari tingkat ketaqwaan seseorang itu sendiri. Sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman , yang artinya: ”Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah yang pa,ing takwa diantara kamu.” (Al-Hujarat: 13). Dengan apa seorang penuntut ilmu mendapatkan kemuliaan? Yaitu dengan bertaqwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala serta berusaha dan sungguh-sungguh.
Dengan demikian tidak sepatutnya para penuntut ilmu melakukan kecurangan. Karena dengan menuntut ilmu Allah subhanahu wa ta’ala memudahkan jalan kita menuju surga-Nya.”(HR.Muslim).
Diantara cara-cara agar kita dapat terjauh dari sifat curabg yaitu:
Banyak mengingat Allah subhanahu wa ta’ala akan pengawasanya, bahwasanya Allah maha mengetahui atas apa-apa yang yang dilakukan oleh para hamba-Nya. Allah berfirman: “Dan ketahuilah sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha mengetahui.” (Al-Baqarah:244).
Selalu membiasakan diri untuk berbuat jujur, banyak memikirkan tentang cita-cita agar dapat memberikan semangat pada diri kita.
Selanjutnya bagi para guru agar banyak memberikan wawasan agama yang benar serta menambahkan aqidah yang lurus!, karena sungguh sangat disayangkan bahwa pada zaman sekarang sangat sedikit sekali penerapan dan penanaman agama pada diri para murid dan lebih mengutamakan pengetahuan umum. Bukan berarti ilmu umum itu tidak penting, akan tetapi ilmu agama sudah selayaknya lebih diutamakan. Dengan agama yang baik kita dapat membedakan antara ilmu yang baik dan ilmu yang buruk, dan dengan agama yang lurus akan menciptakan generasi yang bertanggung jawab dan tangguh dimasa yang akan datang, yaitu generasi yang tidak mengenal kata curang dalam berilmu dan beramal.
Mari kita bersama-sama membangun generasi yang sukses dengan sebenar-benarnya kesuksesan dan mari bersama-sama kita membuang jauh kebodohan. Yaitu dengan betawakal dan berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala seta bersungguh-sungguh dalam beramal . Dengan demikian kita dapat melumpuhkan sifat-sifat curang yang ada pada diri kita.
Allahu a’lamu bil haq.
Maroji’:
-Al-Qur’an Al Karim
-100 Hadits popular untuk hafalan
-bimbingan islam untuk pribadi dan masyarakat
(Buletin Al-Fawaid edisi 177)
Posting Komentar