Den Haag -Terutama setelah peristiwa 11/9 terjadi perkembangan di luar ahli sosial politik militer mana pun. Banyak pemuda-pemudi Belanda mendalami Islam lalu pindah ke agama ini.
Pemuda-pemudi muslim keturunan non bule, yang sebelumnya hidup menurut kebudayaan setempat, juga menjadi merenung mengenai identitas mereka, kembali ke sumber asal ajaran Islam dan praktik hidup Nabi sebagai pedoman hidup mereka.
Tekanan dan pelecehan terhadap agama Islam dan pemeluknya meningkat hebat di Belanda pasca 11/9, namun efek yang terjadi justru sebaliknya: Islam bukannya ditinggalkan orang, melainkan popularitasnya malah semakin meningkat, menarik perhatian pemuda-pemudi setempat.
Programa televisi Tegenlicht, VPRO (30/3//2009) menurunkan laporan bagaimana pemuda-pemudi bule Belanda menemukan kebenaran baru dalam Islam. Perempuan-perempuannya menutup rapat-rapat aurat mereka dengan jilbab dan abaya, sebagian ada yang melengkapi dengan cadar, mencontoh istri Nabi. Memeluk Islam dan mengikuti jalan Islam murni, Islam kafah alias Islam seutuhnya. [...]
Jangan salah, Mereka bukan masuk Islam sekadar ikut karena faktor perkawinan atau orang tua uzur yang mendekati ajal, melainkan mahasiswa muda cerdas dan atas kesadaran sendiri. Sebagian adalah mahasiswa fakultas hukum, mahasiswa pedagogi sosial, bahkan ada yang baru lulus menjadi dokter.
Karena mempraktikkan Islam murni hingga cara berpakaian berjilbab rapat dan memelihara jenggot, mereka dipandang radikal, fundamentalis, tetapi pegangan terhadap iman baru itu tak tergoyahkan. Salah satu di antara mereka, Abdul-Jabbar van de Ven bahkan menjadi juru dakwah yang tidak kenal lelah menyebarluaskan islam di Belanda.
Jumlah persis orang Belanda asli yang telah masuk Islam tidak diketahui pasti, sebab mereka umumnya tidak mau terbuka soal identitas. Namun perkembangan pemeluk Islam di kalangan orang Belanda asli menurut perkiraan Centraal Bureau voor Statistiek (CBS) per 2006 telah mencapai 12.000 orang.
(Eddi Santosa – detikRamadan, http://ramadan.detik.com/Screenshot VPRO)
Pemuda-pemudi muslim keturunan non bule, yang sebelumnya hidup menurut kebudayaan setempat, juga menjadi merenung mengenai identitas mereka, kembali ke sumber asal ajaran Islam dan praktik hidup Nabi sebagai pedoman hidup mereka.
Tekanan dan pelecehan terhadap agama Islam dan pemeluknya meningkat hebat di Belanda pasca 11/9, namun efek yang terjadi justru sebaliknya: Islam bukannya ditinggalkan orang, melainkan popularitasnya malah semakin meningkat, menarik perhatian pemuda-pemudi setempat.
Programa televisi Tegenlicht, VPRO (30/3//2009) menurunkan laporan bagaimana pemuda-pemudi bule Belanda menemukan kebenaran baru dalam Islam. Perempuan-perempuannya menutup rapat-rapat aurat mereka dengan jilbab dan abaya, sebagian ada yang melengkapi dengan cadar, mencontoh istri Nabi. Memeluk Islam dan mengikuti jalan Islam murni, Islam kafah alias Islam seutuhnya. [...]
Jangan salah, Mereka bukan masuk Islam sekadar ikut karena faktor perkawinan atau orang tua uzur yang mendekati ajal, melainkan mahasiswa muda cerdas dan atas kesadaran sendiri. Sebagian adalah mahasiswa fakultas hukum, mahasiswa pedagogi sosial, bahkan ada yang baru lulus menjadi dokter.
Karena mempraktikkan Islam murni hingga cara berpakaian berjilbab rapat dan memelihara jenggot, mereka dipandang radikal, fundamentalis, tetapi pegangan terhadap iman baru itu tak tergoyahkan. Salah satu di antara mereka, Abdul-Jabbar van de Ven bahkan menjadi juru dakwah yang tidak kenal lelah menyebarluaskan islam di Belanda.
Jumlah persis orang Belanda asli yang telah masuk Islam tidak diketahui pasti, sebab mereka umumnya tidak mau terbuka soal identitas. Namun perkembangan pemeluk Islam di kalangan orang Belanda asli menurut perkiraan Centraal Bureau voor Statistiek (CBS) per 2006 telah mencapai 12.000 orang.
(Eddi Santosa – detikRamadan, http://ramadan.detik.com/Screenshot VPRO)
Posting Komentar